Sabtu, 24 Oktober 2015


Pers release ke 2 Kebakaran Rumput Di Alun-Alun Suryakencana Dan Penanganan Sepekan Pasca Kebakaran


Kebakaran rumput di Alun-Alun Suryakencana yang terjadi pada hari Minggu tanggal 27/9/2015 telah mampu dipadamkan pada hari yang sama pukul 18.00 WIB oleh petugas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) bersama masyarakat lokal, selanjutnya mobilisasi pemadaman datang pada keesokan harinya dari berbagai elemen masyarakat termasuk volunter TNGGP, IDERU, TNI dan lain-lain yang dilanjutkan dengan pemantauan pasca kebakaran. Alun-alun Suryakencana merupakan Zona Pemanfaatan dengan luas 50 ha yang berupa padang rumput kurang lebih 80% dan edelweis 20%. Lokasi kebakaran tersebut tepatnya barada di Zona Pemanfaatan Alun-Alun Suryakencana, yang letaknya masih jauh dari Zona Inti TNGGP mengingat sebelum sampai Zona Inti harus melewati Zona Rimba dengan jarak kurang lebih 1 km. Berdasarkan hasil penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara, dugaan titik awal kebakaran berasal dari api unggun peziarah yang beraktivitas di lembah alun-alun Suryakencana Barat.
Luasan perkiraan awal ketika terjadi kebakaran adalah kurang lebih 5 ha, perkiraan ini didasarkan pada keterangan saksi mata, dan data GPS awal dari petugas TNGGP. Perkiraan awal luas kebakatran inio masih bersifat dugaan, karena kami lebih memilih fokus ke pemadaman. Untuk memastikan luasan areal kebakaran, kami melakukan pengukuran dengan mengunakan GPS (tingkat akurasi 3 meter), foto dari segala sisi hingga dari puncak Gede dan dikoreksi dengan Citra Satelit Quickbird tahun 2009. Hasil pengukuran ini menunjukan bahwa luas rill areal yang terbakar adalah 10,2 ha. Luas inidiperolehdaripengukuranluastepi areal yang terbakar, yaituseluas 14 ha dikurangi dengan bagian-bagian didalamnya yang tidak terbakar.Sebagai informasi tambahan bahwa luas areal Alun-Alun Suryakencana adalah 50 ha.
Rumput_SK_terbakar.Edit1 [2]
Kebakaran tersebut merupakan kebakaran permukaan, yang menjalar dari rumput kerumput dengan sangat cepat, didukung dengan angin lembah yang berhembus dengan kencang. Kebakaran permukaan ini berdampak kecil sehingga tidak merusak akar dan batang bawah rumput Suryakencana, diperkirakan padang rumput dapat pulih kembali dengan cepat pada saat hujan turun. Dengan terbakarnya eldelweis (Anaphalis javanica) dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium) memerlukan perhatian yang lebih mengingat dampak kebakaran telah mengenai batang bagian bawah. Terkait hal tersebut kami akan melakukan upaya penanganan diantaranya inventariasi potensi, mengisolasi area tersebut dari gangguan pendaki, pemasangan plang dan garis pembatas, serta pengkayaan tanaman edelweis dan cantigi.
Berdasarkan pengamatan dalam sepekan pasca kebakaran, satwa yang masih bisa ditemui yakni burung-burung, kucing hutan (Felis bengalensis), tikus gunung, termasuk belalang, mencek juga ayam hutan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerusakan akibat kebakaran tersebut berdampak rendah dan kerusakan tidak permanen terhadap ekosistem di Suryakencana. Untuk mendukung dugaan dimaksud dilakukan monitoring dan evaluasi dalam waktu sebulan, triwulan hingga satu tahun kedepan untuk melihat perkembangan pemulihan ekosistem secara alami dan mengetahui dampak kebakaran secara pasti, termasuk apakah berdampak lokal atau sistemik dan permanen atau temporary terhadap ekosistem di Suryakencana.
Berkenaan dengan adanya pendaki illegal baik yang berasal dari umum maupun peziarah, upaya yang kami lakukan yakni memperketat penjagaan baik dipintu pendakian maupun di puncak Gede dan Kandang Badak. Selain itu, kami akan mengadakan sosialisasi ke pesantren-pesantren di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan memberdayakan petugas-petugas yang berada di Bidang-bidang PTN wilayah setempat.
Kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat aktif bahu membahu dengan kami dalam membantu pemadaman dan pemantauan, baik pada saat pelaksanaan pemadaman dan Pemanatauan pasca kebakaran di kawasanTaman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Sumber :  http://www.gedepangrango.org/pers-release-ke-2-kebakaran-rumput-di-alun-alun-suryakencana-dan-penanganan-sepekan-pasca-kebakaran/

 https://youtu.be/_pLm0LaPzig

Senin, 19 Oktober 2015

Kronologi Pendaki Tewas saat Kebakaran di Gunung Lawu..
TEMPO.CO, Magetan - Hutan di Lereng Gunung Lawu sekitar kawasan Cemoro Sewu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, terbakar pada Ahad, 18 Oktober 2015 sekitar pukul 8.30 WIB. Seorang pendaki yang selamat, Dita Kurniawan menuturkan saat dia bersama teman-temannya berada di antara pos 3 dan pos 4 jalur pendakian tiba-tiba ada kobaran api yang membakar ilalang dan pohon di sekitar jalur.
"Percikan api sempat mengenai jaket yang saya pakai. Beruntung saya bisa menyelamatkan diri dengan berlindung di balik bebatuan besar sehingga tidak terbakar," ujar Dita di Magetan, Ahad 18 Oktober 2015.
Dia menyebutkan ada lima rekannya yang menjadi korban tewas dalam kejadian itu. Dia menduga kondisi yang dialami juga terjadi pada rekannya tersebut. Namun, apesnya mereka tak bisa memadamkan api di badannya dan tak bisa menyelamatkan diri.
"Sewaktu menyelamatkan diri saya melihat ada lima orang yang tergeletak di jalur pendakian. Sebagian anggota tubuhnya terbakar," ucap Dita. Selain korban tewas, juga terdapat sejumlah pendaki yang kritis akibat luka bakar.
Dita menceritakan, kejadian itu bermula ketika dirinya bersama 16 rombongannya melakukan pendakian di Gunung Lawu. Saat turun dari puncak yang melewati jalur pendakian Cemoro Sewu, Magetan, ia dan rombongannya terjebak api.
"Selain ada pendaki yang meninggal, ada juga pendaki yang kritis akibat luka bakar. Mereka yang luka dan berhasil dievakuasi langsung dibawa ke rumah sakit," kata pendaki asal Magetan ini.
Sejak dua pekan terakhir, kebakaran kembali melanda hutan di lereng Gunung Lawu. Kebakaran tersebut merupakan kebakaran yang kedua kalinya selama musim kemarau setelah kebakaran hutan melanda lereng setempat pada Agustus 2015 lalu.
Pihak Perhutani KPH Lawu Ds, Pemerintah Kabupaten Magetan hingga kini masih melakukan upaya evakuasi terhadap para korban, baik korban tewas maupun luka. Petugas berwenang juga belum mengetahui jumlah pasti pendaki yang menjadi korban atas peristiwa tersebut, berikut identitasnya.